Pertamina Kembali Bidik Irak
Rabu, 27 Juni 2012
JAKARTA (Suara Karya): PT Pertamina (Persero) berniat mengaktifkan kembali ladang minyak Block 3-Western Dessert di Irak.
Tender pengelolaan Block 3-Western Dessert dimenangkan Pertamina
bersama Iraqi Oil Exploration Company di era pemerintahan Presiden
Saddam Hussein pada 2002 lalu.
"Pada 2002, Pertamina memenangkan tender pengoperasian Block 3-Western
Dessert di Irak, namun terhenti. Untuk itu, kami ingin kembali
mengaktifkan ladang minyak tersebut," kata Direktur Utama Pertamina
Karen Agustiawan dalam kuliah umum tentang "Iraq's Contribution to the
World Facing the Global Challenges and Crisis" di Jakarta, Selasa
(26/6). Turut hadir Deputi Perdana Menteri Bidang Energi Irak Hussain
Ibrahim Saleh al-Shahristani.
Menurut Karen, kebutuhan energi Indonesia akan terus meningkat seiring
pertumbuhan ekonomi nasional. Untuk itu, pemerintah perlu menambah
produksi minyak dan gas nasional. "Kami melihat Irak sebagai mitra
strategis dan kerja sama demi kebaikan rakyat di kedua negara," ujarnya.
Sementara itu, Deputi PM Irak Hussain al-Shahristani mengatakan, Irak
siap menyambut perusahan asing yang ingin mengelola ladang minyak dan
gas (migas) asalkan memenuhi sejumlah kriteria. Terdapat lima kriteria
yang ditetapkan Irak, yakni perusahaan berbadan hukum dengan laporan
keuangan yang baik, memiliki kapasitas produksi besar karena sumber di
ladang minyak yang besar, memiliki rekam jejak keamanan operasional,
serta bisa menjaga lingkungan dan mengikutsertakan masyarakat sekitar.
Sejak 2009, proses tender ladang migas di Irak dilakukan secara
transparan serta dapat dilihat di televisi dan internet. "Namun, sistem
kontrak yang kami terapkan adalah 20-year technical service contract.
Artinya, operator membiayai semua aktivitas eksplorasi,
mengikutsertakan mitra perusahaan negara, dan dibayar berdasarkan basis
dollar for dollar. Jadi, semua minyak tetap milik negara," katanya.
Sistem ini berbeda dengan production-contract yang biasa dipakai di
sejumlah negara. Keuntungan operator dalam sistem service contract
berasal dari pembayaran remunerasi per barel yang dihitung dari hasil
produksi serta pajak pendapatan perusahaan sebesar 35 persen.
Menurut Al-Shahristani, Irak menandatangani kontrak dengan sejumlah
perusahaan minyak internasional, khususnya untuk mengeksplorasi 12
ladang minyak dengan kapasitas produksi lebih dari 11 juta barel per
hari hingga enam tahun ke depan. Investasi diperkirakan sebesar 170
miliar dolar AS.
Produksi pada ladang yang beroperasi meningkat dari 700.000 barel per
hari menjadi 2,3 juta barel per hari pada 2010 dan 3 juta barel per
hari pada saat ini. Namun, Pertamina lebih tertarik mengelola ladang
minyak yang sudah terbukti potensial atau tidak melakukan eksplorasi
dari awal.
Terkait hal ini, Menteri BUMN Dahlan Iskan mengatakan, Pertamina juga
berencana mengambil alih salah satu perusahaan minyak di Irak dan dapat
terealisasi pada akhir tahun ini. Rencana akuisisi ini dilakukan karena
Pemerintah Irak tidak ingin memberikan ladang minyak secara langsung
kepada Pertamina. "Kita bisa ambil porsi 10-20 persen saham
kepemilikan. Kalau 10 persen saja, berarti 120.000 barel yang bisa kita
peroleh," kata Dahlan. (A Choir)
Sumber : http://www.suarakarya-online.com/news.html?category_name=Bisnis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.